Tuesday, December 23, 2014
Browse » Home »
ADAT ISTIADAT
» Robo - Robo, Khasanah Budaya Mempawah
Robo - Robo, Khasanah Budaya Mempawah
Pada awalnya acara ini digelar untuk menyambut Opu Daeng Menambon dari Kerajaan Matan (Martapura) di Kabupaten Ketapang ke Kerajaan Mempawah di Kabupaten Pontianak pada tahun 1737 M atau 1448 H. Opu Daeng Menambon adalah keturunan Kerajaan Luwu, Sulawesi Selatan. Opu Daeng Menambon datang ke Mempawah untuk menyebarkan agama Islam. Selain menyebarkan agama Islam, Opu Daeng Menambon juga membangun Mempawah dengan menjadi seorang raja di Kerajaan di Mempawah.
Ritual Robo-robo dimulai saat Opu Daeng Menambon beserta keluarga, serta punggawa dan pengawal berangkat dari Desa Benteng, Mempawah menggunakan perahu bidar. Perahu bidar adalah perahu kerajaan dari Istana Amantubillah. Kapal tersebut berlayar menuju muara sungai Mempawah yang berada di Desa Kuala, Mempawah dengan jarak tempuh sekitar satu jam perjalanan.Berlayar keluarga kerajaan ini diiringi dengan 40 perahu. Saat masuk Muara Kuala Mempawah, rombongan tersebut disambut dengan suka cita oleh masyarakat Mempawah. Sambutan tersebut dilakukan dengan memasang berbagai kain warna-warni dan kertas di rumah penduduk yang berada di pinggir sungai. Karena kedatangan rombongan tersebut bertepatan dengan bulan Safar, maka masyarakat Mempawah memperingatinya sebagi upacara tolak bala, karena masyarakat Mempawah yakin pada bulan Safar banyak diturunkan bala.
Setelah melakukan adzan dan membaca doa tolak bala, masyarkat melakukan ritual buang-buang yang bisanya dilaksanakan selepas dzuhur dengan membuang sesaji di sungai. Sesajian tersebut terdiri atas beras kuning, setanggi, dan bertih. Bertih melambangkan kemakmuran dan kesejahteraan dan setanggi melambangkan keberkahan. Ritual buang-buang dilaksanakan dengan maksud penghormatan dan pengakuan terhadap sungai dan laut sebagai sumber kehidupan manusia. Setelah ritual tersebut, masyarakat melaksanakan makan saprahan atau makan bersama di halaman depan Istana Amantubillah.
Sekarang, Robo-robo selain digelar untuk menolak bala, juga untuk mengenang hari wafatnya Opu Daeng Menambun. Untuk memeriahkan ritual Robo-robo, masyarakat setempat menggelar hiburan tradisional seperti jepin, tundang atau pantun berdendang, dan lomba perahu bidar. Bagi warga keturunan Bugis yang berada di Kalimantan Barat, bisanya memperingati Robo-robo dengan makan bersama keluarga di halaman rumah.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment